TUGAS
SKIZOFRENIA
KEPERAWATAN JIWA
OLEH
:
ARIF SAIFUDDIN INDRA P
NIM.
130011004
PRODI
S1
KEPERAWATAN/IVA
UNIVERSITAS
NAHDALATUL ULAMA SURABAYA
2014-2015
KATA PENGANTAR
Dengan
Memanjatkan puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, serta dukungan dari semua yang penulis
cintai, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “SKIZOFRENIA”. Adapun salah satu maksud
dan tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi nilai
tugas kami.
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
saran dan keritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan.
Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dalam hal menambah ilmu dan wawasan para
pembacanya.
Gresik,
9 Februari 2015
ARIF SAIFUDDIN INDRA P
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI ....................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................................5
1. Definisi skizofrenia......................................................................................................5
2. Etiologi Skizofrenia......................................................................................................5
3. Pembagian Skizofrenia.................................................................................................8
4. Manifestasi Klinik Skizofrenia.....................................................................................9
5. Rentang Respon Skizofrenia.......................................................................................10
6. Penatalaksanaan Skizofrenia.......................................................................................11
7. Pohon Masalah
Skizofreni...........................................................................................17
8. Asuhan Keperawatan Skizofrenia................................................................................18
BAB III
PENUTUP.........................................................................................................................27
Kesimpulan.......................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun
faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut
gangguan ini sebagai demensia precox.
B.Tujuan
1.
Tujuan umum dari pembahasan materi ini penulis berharap
agar kita semua, khususnya para pembaca dapat memahami tentang askep pada
pasien Skizofrenia.
2.
Tujuan khusus, menjelaskan pengertian Skizofrenia
Menjelaskan jenis Skizofrenia Menjelaskan etiologi Skizofrenia Menjelaskan
gejalaSkizofrenia Menjelaskan diagnosa Skizofrenia
C. Rumusan masalah
9. Definisi skizofrenia
10. Etiologi Skizofrenia
11. Pembagian Skizofrenia
12. Manifestasi Klinik Skizofrenia
13. Rentang Respon Skizofrenia
14. Penatalaksanaan Skizofrenia
15. Pohon Masalah Skizofreni
16. Asuhan Keperawatan Skizofrenia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Skizofrenia
1. Skizofrenia
adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir
serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi,
kamauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan
halusinasi; asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan emosi
perilaku bizar.
2. Skizofrenia
merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor
penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut
gangguan ini sebagai demensia precox (demensia artinya kemunduran
intelegensi dan precox artinya muda/sebelum waktunya).
B. Etiologi
Skizofrenia
Terdapat beberapa teori yang dikemukakan para ahli
yang menyebabkan terjadinya skizofrenia. Teori teori tersebut antara lain:
1.
Endokrin.Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering
timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan
waktu klimakterium, tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
2.
Metabolisme.Teori ini mengemukakan bahwa skizofrenia
disebabkan karena gangguan metabolisme karena penderita tampak pucat, tidak
sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan
menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun.
Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik seperti
meskalin dan asam lisergik diethylamide (LSD-25). Obat-obat tersebut dapat
menimbulkan gejala-gejala yang mirip dengan gejala-gejala skizofrenia, tetapi
reversible.
3.
Teori Adolf Meyer.Skizofrenia tidak disebabkan oleh
penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan
patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada susunan saraf tetapi Meyer
mengakui bahwa suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat
mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu
reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian
dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
4.
Teori Sigmund Freud.Teori Sigmund freud juga termasuk
teori psikogenik. Menurut freud, skizofrenia terdapat:
a)
Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab
psikogenik ataupun somatik
b)
Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi
dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme
c)
Kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference)
sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin
d) Eugen Bleuler Penggunaan istilah
Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah
belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan
perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala
primer (gangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme)
gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan
psikomotorik yang lain).
Teori tentang skizofrenia yang saat
ini banyak dianut adalah sebagai berikut:
1)
Genetik. Teori ini telah dibuktikan dengan penelitian
tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu
telur sehingga dapat dipastikan factor genetik turut menentukan timbulnya
skizofrenia. Angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara
kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita
Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 %
(Maramis, 2009). Pengaruh genetik ini tidak sederhana seperti hokum Mendel,
tetapi yang diturunkan adalah potensi untuk skizofrenia (bukan penyakit itu sendiri
2)
Neurokimia. Hipotesis dopaminmenyatakan bahwa
skizofrenia disebabkan overaktivitas pada jaras dopamine mesolimbik. Hal ini
didukung dengan temuan bahwa amfetamin yang kerjanya meningkatkan pelepasan
dopamine, dapat menginduksi psikosis yang mirip skizofrenia dan obat anti
psikotik bekerja dengan mengeblok reseptor dopamine, terutama reseptor D2.
3)
Hipotesis Perkembangan Saraf. Studi autopsi dan studi
pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas struktur dan morfologi otak
penderita skizofrenia antara lain berupa berat orak rata-rata lebih kecil 6%
dari normal dan ukuran anterior-anterior yang 4% lebih pendek, pembesaran
ventrikel otak yang nonspesifik, gangguan metabolisme di daerah frontal dan
temporal serta kelainan susunan seluler pada struktur saraf di beberapa korteks
dan subkortek. Studi neuropsikologis mengungkapkan deficit di bidang atensi,
pemilihan konseptual, fungsi eksekutif dan memori pada penderita skizofrenia.
C. Pembagian
Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam
beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain :
- Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia
pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat,
jenis ini timbulnya perlahan-lahan.
- Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau
subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala
yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya
depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism,
neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi
banyak sekali.
- Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30
tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin
terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
- Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham
primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan
yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan
kemauan.
- Episode Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak
sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut.
Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri
berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
- Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala
primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan
ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.
- Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia
terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejal depresi (skizo depresif)
atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa
defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.
|
D. Manifestasi
Klinik Skizofrenia
1.
Gejala Primer
Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi
pikiran). Yang paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
Gangguan afek emosi
1)
Terjadi kedangkalan afek-emosi
2)
Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)
3)
Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
4)
Emosi berlebihan
5)
Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik
Gangguan
kemauan
1)
Terjadi kelemahan kemauan
2)
Perilaku negativisme atas permintaan
3)
Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain
Gejala
psikomotor
1)
Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme
2)
Stereotipi
3)
Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama
4)
Echolalia dan echopraxia
2.
Gejala Sekunder
1) Waham dan Halusinasi
Istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah
yang mungkin meliputi salah satu dari kelima pancaindra. halusinasi pendengaran
dan penglihatan yang paling umum terjadi, halusinasi penciuman, perabaan, dan
pengecapan juga dapat terjadi
E. Rentang
Respon Skizofrenia
F. Penatalaksanaan
Skizofrenia
- Terapi Somatik (Medikamentosa)
Obat-obatan
yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik
bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi
pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik
sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar
cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan
merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia.
Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik
konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine)
a. Antipsikotik Konvensional
Obat
antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional.
Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek
samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :
1.
Haldol (haloperidol)
2.
Mellaril (thioridazine)
3.
Navane (thiothixene)
4.
Prolixin (fluphenazine)
5.
Stelazine ( trifluoperazine)
6.
Thorazine ( chlorpromazine)
7.
Trilafon (perphenazine)
Akibat
berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional,
banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.
Ada 2
pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada
pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan
antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli
merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua,
bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol
dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam
tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot
formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsychotic.
b. Newer Atypcal Antipsycotic
Obat-obat
yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbda,
serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik
konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia,
antara lain :
1.
Risperdal (risperidone)
2.
Seroquel (quetiapine)
3.
Zyprexa (olanzopine)
c. Clozaril
Clozaril
mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang pertama.
Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan
antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping
yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%),
Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan
infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar
sel darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan.
Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak
berhasil.
Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran
No
|
Nama
Generik
|
Sediaan
|
Dosis
|
1
|
Klorpromazin
|
Tablet, 25
dan 100 mg,
|
150-600mg/hariInjeksi25mg/ml
|
2
|
Haloperidol
|
Tablet,
0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg,
|
5-15
mg/hari Injeksi5mg/ml
|
3
|
Perfenazin
|
Tablet 2,
4, 8 mg
|
12 - 24
mg/hari
|
4
|
Flufenazin
|
Tablet 2,5
mg, 5 mg
|
10 - 15
mg/hari
|
5
|
Flufenazin
dekanoat
|
Inj 25 mg/ml
|
25 mg/2-4
minggu
|
6
|
Levomeprazin
|
Tablet 25
mg, Injeksi 25 mg/ml
|
25 - 50
mg/hari
|
7
|
Trifluperazin
|
Tablet 1
mg dan 5 mg
|
10 - 15
mg/hari
|
8
|
Tioridazin
|
Tablet 50
dan 100 mg
|
150 - 600
mg/hari
|
9
|
Sulpirid
|
Tablet 200
mg
|
300 - 600
mg/hari
|
10
|
Pimozid
|
Tablet 1
dan 4 mg
|
1 - 4
mg/hari
|
11
|
Risperidon
|
Tablet 1,
2, 3 mg
|
2 - 6
mg/hari
|
|
Pemilihan
Obat untuk Episode (Serangan) Pertama
Newer atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderita
Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan
resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah. Biasanya
obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum
diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para
ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama
pada Clozaril)
Pemilihan
Obat untuk keadaan relaps (kambuh)
Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat
penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat.
Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan
oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis
menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek
sampingnya lebih rendah. Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan
lain, dokter dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting,
diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam
penerapannya. Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat
sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan
obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat
diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau newer atipycal
antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine
dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas
gagal.
Pengobatan
Selama fase Penyembuhan
Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah
sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti minum obat
setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan
pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik
selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia
Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada episode
pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa
penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin
beratnya penyakit.
Efek Samping
Obat-obat Antipsikotik
Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama,
sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin
masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik
konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek
samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat
dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap
waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang
dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat
memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat
antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini. Efek samping lain
yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan
mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial
grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan
menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita
yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia,
dokter biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik
atipikal.
Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual,
sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan
tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif
terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek
sampingnya lebih sedikit. Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada
penderita Sikzofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita
yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu
mengatasi masalah ini. Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic
malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat
yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam penyakit-penyakit lain.
Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang segera.
- Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri,
latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah
didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang
diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan
demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara
lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat
diturunkan.
b. Terapi berorintasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan
dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali
seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun
intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting
yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama
dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas
mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan
aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik
tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan
tentang keparahan penyakitnya. Ahli terapi harus membantu keluarga dan
pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati.
Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam
menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah
dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5
- 10 % dengan terapi keluarga.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah,
dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara
perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif.
Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan
rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia.
Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif,
tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.
d. Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam
pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah membantu
dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam
psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan
terapetik yang dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi
oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi
dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan
oleh pasien. Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang
ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan
seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan
menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga,
cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang
cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan
hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada
informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan
diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak
tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.
- Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh,
prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan
efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan
penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumahsakit harus direncanakan.
Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien
tentang skizofrenia. Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan
membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit
tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan
rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis
ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan
hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien
dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan
kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas
hidup.
G. Pohon
Masalah Skizofrenia
H. Asuhan
Keperawatan Skizofrenia
- Pengkajian keperawatan skizofrenia
a)
Identitas ,Sering ditemukan pada usia dini atau muncul
pertama kali pada masa pubertas.
b)
Keluhan Utama, Keluhan utama yang menyebabkan pasien
dibawa ke rumah sakit biasanya akibat adanya kumunduran kemauan dan kedangkalan
emosi.
c)
Faktor Predisposisi. Faktor ini sangat erat terkait
dengan faktor etiologi yakni keturunan, endokrin, metabolisme, susunan syaraf
pusat, kelemahan ego.
d)
Psikososial
1.
GenogramOrang tua penderita skizofrenia, salah satu
kemungkinan anaknya 7-16 % skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68 %,
saudara tiri kemungkinan 0,9-1,8 %, saudara kembar 2-15 %, saudara kandung 7-15
%.
2.
Konsep Diri Kemunduran kemauan
dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan mempengaruhi konsep diri
pasien.
3.
Hubungan Sosial Klien cenderung menarik diri dari
lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam diri.
4.
Spiritual Aktifitas spiritual menurun seiring dengan
kemunduran kemauan.
5.
Status Mental
6.
Penampilan Diri Pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut
acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resliting tak terkunci, baju tak
diganti, baju terbalik sebagai manifestasi kemunduran kemauan pasien.
7.
Pembicaraan Nada suara rendah, lambat, kurang bicara,
apatis.
8.
Aktifitas Motorik Kegiatan yang dilakukan tidak
bervariatif, kecenderungan mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya
sendiri (katalepsia).
9.
Emosi, Emosi dangkal
10. Afek Dangkal,
tak ada ekspresi roman muka.
11. Interaksi
Selama Wawancara Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau
menatap lawan bicara, diam.
12. Persepsi, Tidak
terdapat halusinasi atau waham.
13. Proses
Berfikir, Gangguan proses berfikir jarang ditemukan.
14. Kesadaran, Kesadaran
berubah, kemampuan mengadakan hubungan dengan dan pembatasan dengan dunia luar
dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan
(secara kualitatif).
15. Memori, Tidak
ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu, orang baik.
16. emampuan
penilaian, Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu
keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau tidak tepat.
17. Tilik diri, Tak
ada yang khas.
e) Kebutuhan
Sehari-hari
Pada permulaan penderita kurang memperhatikan diri dan
keluarganya, makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri sangat menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi,
berpakaian, intirahat tidur.
f) Diagnosa
Keperawatan Skizofrenia
1.
Isolasi sosial b.d harga diri rendah
2.
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran b.d menarik diri
3.
Kurang perawatan diri b.d menarik diri
|
- Rencana Tindakan Keperawatan
a.
Diagnosa
keperawatan: Isolasi sosial b.d harga diri rendah
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Tujuan
|
Kriteria Hasil
|
|||
Isolasi sosial b.d harga diri rendah
|
Tujuan umum
Klien dapat melakukan hubungan sosia secara bertahap
|
-
|
-
|
-
|
Tujuan khusus 1
Klien dapat membuna hubungan saling percaya
|
a. Klien
dapat mengungkapkan perawaannya
b. Ekspresi
wajah bersahabat
c. Ada kontak
mata
d. Menunjukkan
rasa senang
e. Mau
berjabat tangan
f.
Mau
menjawab salam
g. Klien mau
duduk berdampingan
h. Klien mau
mengutarakan masalah yang dihadapi
|
a. Bina
hubungan saling percaya
Sapa klien
secara ramah baik secara verbal maupun nonverbal
Perkenalkan
diri dengan sopan
Tanya nama
lengkap klien dan nama panggilanyang disukai
Jelaskan
tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji
Tunjukkan
sikap empati dan menerima klien apa adanya
Beri
perhatian kepada klien
b. Beri
kesempatan untuk mengungkapkan perawaannya tentang penyakit yang diderita
c. Sediakan
waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakana
pada klien bahwa dia adalah seorang yang berharga dan bertanggung jawab serta
mampu menolong dirinya sendiri
|
Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan
klien kepada perawat sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan tindakan
selanjutnya
|
|
Tujuan khusus 2
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
|
Klien mampu mempertahankan aspek yang positif
|
a. Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimilikiklien dan beri reinforcement atas
kemampuan mengungkapkan perasaannya
b. Saat
bertemu klien hindarkan memberi penilaian negatif
c. Utamakan
memberi pujian yang realistis
|
Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri
klien
|
|
Tujuan khusus 3
Klien dapat menilai kemampuan yang data digunakan
|
a. Kebutuhan
klien terpenuhi
b. Klien
dapat melakukan aktivitas terasarah
|
a. Diskusikan
kemampuan klien yang masih dapat digunakan selama sakit
b. Diskusikan
juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dah di rumah
nantinya
|
Peningkatan kemampuan klien akan mendorong klien
untuk madiri
|
|
Tujuan khusus 4
Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan
sesuai kemampuan
|
a. Klien
mampu beraktivitas sesuai kemampuan
b. Klien
mengikuti TAK
|
a. Rencanakan
bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan,
kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan
total
b. Tingkatkan
kegiatan klien sesuai toleransi kondisi klien
c. Berikan
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan (sering klien
takut melaksanakannya)
|
Pelaksanaan kegiatan secara mandiri menjadi modal awal
untuk meningkatkan harga diri
|
|
Tujuan khusus 5
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi
sakit dan kemampuannya
|
Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
|
a. Berikan
kesempatan kepada klien mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri
pujian atas usaha dan keberhasilan klien
c. Diskusikan
kemungkinan pelaksanaan di rumah
|
Melalui aktivitas, klien akan mengetahui
kemampuannya
|
|
Tujuan khusus 6
Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
|
a. Klien
mampu melakukan apa yang diajarkan
b. Klien mau
memberikan dukungan
|
a. Beri
pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang cara merawat klien dengan
isolasi social dan harga diri rendah
b. Bantu
kelluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. Bantu
keluarga menyiapkan lingkungan dirumah
|
Perhatian keluarga dan pengertian keluarga akan
membantu meningkatkan harga diri klien
|
b.
Diagnosa
keperawatan: resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi pendenganran b.d
menarik diri
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Tujuan
|
Kriteria Hasil
|
|||
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran b.d isolasi sosial
|
Tujuan umum
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga
tidak terjadi halusinasi
|
-
|
-
|
-
|
Tujuan khusus 1
Klien dapat membuna hubungan saling percaya
|
Klien dapat mengungkapkan perasaan dan keberadaannya
secara verbal
a. Klien mau
menjawab salam
b. Klien mau
berjabat tangan
c. Mau
menjawab pertanyaan
d. Ada kontak
mata
e. Klien mau
duduk berdampingan dengan perawat
|
a. Bina
hubungan saling percaya
Sapa klien
secara ramah baik secara verbal maupun nonverbal
Perkenalkan
diri dengan sopan
Tanya nama
lengkap klien dan nama panggilanyang disukai
Jelaskan
tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji
Tunjukkan
sikap empati dan menerima klien apa adanya
Beri
perhatian kepada klien
b. Beri
kesempatan untuk mengungkapkan perawaannya tentang penyakit yang diderita
c. Sediakan
waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakana
pada klien bahwa dia adalah seorang yang berharga dan bertanggung jawab serta
mampu menolong diri sendiri
|
Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan
klien kepada perawat sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan tindakan
selanjutnya
|
|
Tujuan khusus 2
Klien dapat menyebutkan penyabab menarik diri
|
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang
berasal dari :
a. Diri
sendiri
b. Orang lain
c. Lingkungan
|
a. Kaji
pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b. Beri
kesempatak kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul
c. Diskusikan
dengan klien tentang perilaku menarik diri, tanda dan gejala
d. Berikan
pujian tentang kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
|
Dengan mengetahui tanda dan gejala menarik diri akan
menentukan langkah intervensi selanjutnya
|
|
Tujuan khusus 3
Klien dapat menyebutkan keuntungan bersosialisasi
dengan orang lain dan kerugian todak bersosialisasi dengan orang lain
|
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
dengan orang lain, misalnya banyak teman, tidak sendiri, bias berdiskusi,
terasa ramai, dapat bercanda
|
a. Kaji
pengetahuan klien tentang keuntungan dan manfaat bergaul dengan orang lain
b. Beri
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
c. Diskusikan
dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
d. Kaji
pengetahuan klien tentang kerugian bila todak bergaul dengan orang lain
e. Beri kesempatan
kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang kerugian bila
tidak berhubungan dengan orang lain
f.
Diskusikan
dengan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
g. Beri
reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
|
Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri
|
c.
Diagnosa
keperawatan: Kurang perawatan diri b.d menarik diri
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Tujuan
|
Kriteria Hasil
|
|||
Kurang perawatan diri b.d menarik diri
|
Tujuan umum
Pasien mengungkapkan keinginan untuk melakukan
kegiatan hidup sehari-hari
|
-
|
-
|
-
|
Tujuan khusus 1
Klien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari
secara mandiri dan mendemontrasikan suatu keinginan untuk melakukannya
|
Klien
mampu melakukan aktivitas sehari-hari
a. Pasien makan sendiri tanpa
bantuan.
b. Pasien memilih pakaian yang
sesuai, berpakaian merawat dirinya tanpa bantuan.
c. Pasien mempertahankan kebersihan
diri secara optimal dengan mandi setiap hari dan melakukan prosedur defekasi
dan berkemih tanpa bantuan.
|
a. Dukung
pasien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai tingkat kemampuan
pasien
b. Dukung
kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak dapat melakukan
beberapa kegiatan
c. Perlihatkan
secara konkret, bagaimana melakukakn kegiatan yang menurut pasien sulit
melakukannya
d. Bantu
dalam menyiapkan perlengkapan ADLs
e. Berikan
pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya mandiri
|
Kegiatan mandiri dapar meningkatkan kemampuan
aktivitas yang dapat dilakukan klien
|
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang sifatnya
merusak, melibatkan gangguan berfikir, persepsi, pembicaraan, emosional, dan
gangguan perilaku. Gangguan psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan
ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi. Faktor – faktor
penyebab skozofrenia meliputi faktor biologis, psikologis, lingkungan dan organis. Sedangkan gangguan psikotik disebabkan oleh faktor organo – biologik,
psikologik, sosio - agama. Secara umum ciri – ciri skizofrenia yaitu gangguan
delusi, halusinasi, disorganisai, pendataran afek, alogia, avolisi, anhedonia.
Ciri – ciri gangguan psikotik diantaranya memiliki labilitas emosional, menarik diri dari interaksi sosial, mengabaikan
penampilan dan kebersihan diri, mengalami
penurunan daya ingat dan kognitif parah, mengalami kesulitan
mengorientasikan waktu, orang, tempat, memiliki keengganan melakukan segala hal
serta memiliki perilaku yang aneh. Tipe skizofrenia dikelompokkan menjai tipe
paranoid, katatonik, tak terperinci atau tak terbedakan, residual. Untuk
gangguan psikotik sendiri dikelompokkan menjadi tipe psikotik akut dan kronik.
Cara Mengatasi skizofrenia antara lain menciptakan
kontak sosial yang baik, terapi ECT
(electrocompulsive therapy) dan (insulin comma therapy), menghindarkan dari frustrasi dan kesulitan
psikis lainnya, membiasakan pasien memiliki sikap
hidup positif dan mau melihat hari depan dengan rasa berani, memberi
obat neuroleptik. Baik gangguan psikotik akut maupun kronik diatasi dengan
memberikan asuhan keperawatan pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa. Ed 2. Surabaya. Airlangga UniversityPress
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Ed 5. Jakarta. EGC
Schizophrenia.
www.merck.com diakses tanggal 15 Oktober 2011
Schizophrenia. www.emedicine.com diakses tanggal 15
oktober 2011
Casinos Near Casinos Near Casinos in Washington State
BalasHapusClosest casinos to Harrah's Resort 제주 출장안마 Cherokee · 1. 공주 출장안마 Grand Casino, Cherokee · 2. 포항 출장샵 Harrah's Cherokee 영주 출장안마 Casino Resort, Robinsonville, NC 광주 출장샵 · 3. Beau Rivage Casino,